Kumpulan Cerita Sex Terbaru 2018 - Elin adalah salah seorang manager pada
bagian Treasury di sebuah bank asing. Elin berumur 28 tahun, dia adalah
seorang Sunda yang berasal dari daerah Bogor. Elin telah bersuami dan
mempunyai seorang anak yang baru berumur 7 tahun. Tubuh Elin apat
dikatakan kurus dengan tinggi badan kurang lebih 163 cm, dengan berat
badannya kurang lebih 49 kg. Buah dadanya berukuran kecil tetapi padat,
pinggangnya sangat ramping dengan bagian perut yang datar. Kulitnya
kuning langsat dengan raut muka yang manis.
Setibanya di Semarang, setelah check in di hotel mereka langsung
mengadakan kunjungan pada beberapa nasabah, yang dilakukan sampai dengan
setelah makan malam. Setelah selesai berurusan dengan nasabah, mereka
kembali ke hotel, dimana Tom dan Anita melanjutkan acara mereka dengan
duduk-duduk di bar hotel sambil mengobrol dan minum-minum. Elin pada
awalnya diajak juga, tapi karena merasa sangat lelah, dan di samping itu
ia juga merasa tidak enak mengganggu mereka, maka ia lebih dulu kembali
ke kamar hotel untuk tidur.
Menjelang tengah malam, Elin tiba-tiba terbangun dari tidurnya, hal
ini disebabkan karena ia merasa tempat tidurnya bergerak-gerak dan
terdengar suara-suara aneh. Dengan perlahan-lahan Elin membuka matanya
untuk mengintip apa yang terjadi. Hatinya terkesiap melihat Tom dan
Anita sedang bergumul. Keduanya berada dalam keadaan polos sama sekali.
Anita yang bertubuh kecil itu, sedang berada di atas Tom seperti
layaknya seseorang yang sedang menunggang kuda, dengan pantatnya yang
naik turun dengan cepat. Dari mulutnya terdengar suara mendesis yang
tertahan,
“Ssshhh…, sshhh…”, karena mungkin takut membangunkan Elin.
Kedua tangan Tom sedang meremas-remas kedua buah dada Anita yang
kecil tetapi padat berisi itu. Elin sangat panik dan berada dalam posisi
yang serba salah. Jadi dia hanya bisa terus berlagak seperti sedang
tidur. Elin mengharapkan mereka cepat selesai dan Tom segera kembali ke
kamarnya. Besok dia akan menegur Anita agar tidak melakukan hal seperti
itu lagi di kamar mereka. Seharusnya mereka dapat melakukan hal itu di
kamar Tom sehingga mereka dapat melakukannya dengan bebas tanpa
terganggu oleh siapa pun. Dari bau whisky yang tercium, rupanya keduanya
masih berada dalam keadaan mabuk. Elin berusaha keras untuk dapat tidur
kembali, walaupun sebenarnya ia merasa sangat terganggu dengan gerakan
dan suara-suara yang ditimbulkan oleh mereka.
Pada saat Elin mulai terlelap, tiba-tiba ia merasakan sesuatu sedang
merayap pada bagian pahanya. Elin sangat terkejut dan tubuhnya
mengejang, karena pada saat dia perhatikan, ternyata tangan kanan Tom
sedang mencoba untuk mengusap-ngusap kedua pahanya yang masih tertutup
selimut. Elin berpura-pura masih terlelap dan mencoba mengintip apa yang
sebenarnya sedang terjadi. Rupanya permainan Tom dan Anita sudah
selesai dan Anita dalam keadaan kelelahan serta mengalami kepuasan yang
baru dinikmatinya, sudah tergolek tidur.
Tom yang masih berada dalam keadaan polos dengan posisi badan
setengah tidur disamping Elin, sambil bertumpu pada siku-siku tangan
kiri, tangan kanannya sedang berusaha menyingkap selimut yang dipakai
Elin. Elin menjadi sangat panik, pada awalnya dia akan bangun dan
menegur Tom untuk menghentikan perbuatannya, akan tetapi di pihak lain
dia merasa tidak enak karena pasti akan membuat Tom malu, karena
dipikirnya Tom melakukan hal itu lebih disebabkan karena Tom masih
berada dalam keadaan mabuk. Akhirnya Elin memutuskan untuk tetap
berpura-pura tidur dengan harapan Tom akan menghentikan kegiatannya itu.
Akan tetapi harapannya itu ternyata sia-sia belaka, bahkan secara
perlahan-lahan Tom bangkit dan duduk di samping Elin. Tangannya
menyingkap selimut yang menutupi tubuh Elin dengan perlahan-lahan dan
dari mulutnya menggumam perlahan,
“Psssttt sayang, mari kubantu menikmati sesuatu yang baru…, nih..,
kubantu melepaskan celana dalammu…, nggak baik kalau tidur pakai celana
dalam”, sambil tangannya yang tadinya mengelus-elus bagian atas paha
Elin bergerak naik dan memegang tepi celana dalam Elin, kemudian
menariknya dengan perlahan-lahan ke bawah meluncur di antara kedua kaki
Elin.
Badan Elin menjadi kaku dan dia tidak tahu harus berbuat bagaimana.
Elin seakan-akan berubah menjadi patung, pikirannya menjadi gelap dan
matanya dirasakannya berkunang-kunang. Tom melihat kedua gundukan bukit
kecil dengan belahan sempit di tengahnya, yang ditutupi oleh rambut
hitam kecoklatan halus yang tidak terlalu lebat di antara paha atas
Elin. Jari-jari Tom membuka satu persatu kancing daster Elin, sambil
tangannya bergerak terus ke atas dan sekarang ia menyingkapkan seluruh
selimut yang menutupi tubuh Elin, sehingga terlihatlah payudara Elin
yang membukit kecil dengan putingnya yang kecil berwarna coklat tua.
Sekarang Elin tergolek dengan tubuhnya yang tanpa busana, tungkai
kakinya yang panjang dan pantat yang penuh berisi, serta buah dada yang
kecil padat dan belahan di antara paha atas yang membukit kecil,
benar-benar sangat merangsang nafsu birahi Tom. Tom sudah tidak sanggup
menahan nafsunya, penisnya yang baru saja terpuaskan oleh Anita,
sekarang bangkit lagi, tegang dan siap tempur.
Sejak saat itu Tom bertekad untuk tidak akan membebaskan Elin. Ia
terlalu berharga untuk di biarkan, Tom akan menikmati tubuh Elin
berulang-ulang pada malam ini. Kemolekan tubuh Elin terlalu sayang untuk
disimpan oleh Elin sendiri pikir Tom. Tom mendorong tubuh Elin dan
mulai meremas-remas payudara Elin yang telah terbuka itu,
“Dengerin sayang, you akan saya ajarin menikmati sesuatu yang nikmat, asal you baik-baik nurutin apa yang akan saya tunjukkan”.
Kesadaran Elin mulai kembali secara perlahan-lahan dan dengan tubuh
gemetar Elin perlahan-lahan membuka matanya dan memperhatikan Tom yang
sedang merangkak di atasnya. Elin mencoba mendorong badan Tom sambil
berkata,
“Tom, apa yang sedang kau lakukan ini?”, “Sadarlah Tom, aku khan
sudah bersuami, jangan kau teruskan perbuatanmu ini!”. Karena menganggap
Tom berada dalam keadaan mabuk, Elin mencoba membujuk dan menggugah
kesadaran Tom.
Akan tetapi Tom yang telah sangat terangsang melihat tubuh Elin yang
molek halus mulus dan bugil di depan matanya mana mau mengerti, apalagi
penisnya telah dalam keadaan sangat tegang.
“Gila! Cakep banget! Lihat buah dadamu, padat banget. Cocok sama
seleraku! You emang pinter menjaga tubuhmu, sayang!”, kata Tom sambil
menekan tubuhnya ke tubuh Elin.
Elin berusaha bangun berdiri, akan tetapi tidak bisa dan dia tidak
berani terlalu bertindak kasar, karena takut Tom akan membalas berlaku
kasar padanya.
Sedangkan dalam posisinya itu saja ia sudah tidak ada lagi kemungkinan untuk lari.
Sambil menjilat bibirnya Tom berbaring di sisi Elin.
“Lin, lebih baik you mengikuti kemauanku dengan manis, kalau tidak
saya akan maksa you dan saya perkosa you habis-habisan. Kalau you
nurutin, you akan merasakan kenikmatan dan tidak akan sakit”. Lalu
tangannya ditangkupkan di buah dada Elin, sambil meremas-remasnya dengan
sangat bernafsu, sambil merasakan kehalusan dan kepadatan buah dada
Elin. “Bodi you oke banget!”, kata Tom. “Coba you berputar Elin!”.
Perlahan-lahan dengan perasaan yang putus asa Elin berputar membelakangi
Tom. Dan dirasakanya tangan Tom sekarang ada di pantatnya meremas dan
meraba-raba.
Kemudian Tom menyibakkan rambut Elin, dan dihirupnya leher Elin
dengan hidungnya sementara lidahnya menelusuri leher Elin. Sambil
melakukan hal itu tangan Tom berpindah menuju kemaluan Elin. Pada bagian
yang membukit itu, tangannya bermain-main, mengelus-elus dan
menekan-nekan, sambil berkata,
“Kasihan you, Elin, pasti suami you tidak tahu cara membahagiakan you?”,
“Tapi tenang aja sayang, dengan saya, you nggak bakalan bisa lupa
seumur hidup, you bakalan merasakan bagaimana menjadi wanita sejati!”.
Sambil memutar kembali tubuh Elin.
Setelah itu Tom mengambil tangan Elin dan meletakkannya di kemaluannya yang telah sangat tegang itu.
Ketika merasakan tangannya menyentuh benda hangat yang besar lagi
keras itu, tubuh Elin tersentak, belum sempat Elin dapat berpikir dengan
jelas, terasa badannya telah ditelentangkan oleh Tom dan dengan cepat
Tom telah berjongkok di antara kedua kakinya yang dengan paksa
terkangkang akibat tekanan lutut Tom. Dengan sebelah tangannya menuntun
penisnya yang besar, Tom lalu menempelkan ujung penisnya ke bibir vagina
Elin,
“Apa you mau saya masukin itu?”,
“Aaahhh…, jangaaann…, jaaangaaann…, Toomm…”, Elin dengan suara mengiba-iba masih berusaha mencoba menghalangi niat Tom.
Elin mencoba mengeser pinggulnya ke samping, berusaha menghindari
penis Tom agar tidak dapat menerobos masuk ke dalam liang kewanitaannya.
Sambil tersenyum Tom berkata lagi,
“You tidak dapat kemana-mana lagi, lebih baik you diam-diam saja dan
menikmati permainan saya ini..!”. Tom lalu memajukan pinggulnya dengan
cepat dan menekan ke bawah, sehingga penis besarnya yang telah menempel
pada bibir kemaluan Elin dengan cepat menerobos masuk ke dalam liang
vagina Elin dengan tanpa dapat dihalangi lagi.
Testis Tom mengayun-ayun menampar bagian bawah vagina Elin, sementara Elin megap-megap karena dorongan keras Tom.
Elin belum pernah merasakan saat seperti ini, setiap bagian tubuhnya
serasa sangat sensitif terhadap rangsangan. Buah dadanya terangsang saat
ditindih oleh dada Tom. Dirinya sudah lupa kalau sedang diperkosa, ia
tidak peduli pada tubuh besar Tom yang sedang bergerak naik turun
menindih tubuhnya yang langsing. Elin mulai merasakan suatu sensasi
kenikmatan yang menggelitik di bagian bawah tubuhnya, vaginanya yang
telah terisi oleh penis besar dan panjang milik Tom, terasa menggelitik
dan menyebar ke seluruh tubuhnya, sehingga Elin hanya bisa
menggeliat-geliat dan mendesis mirip orang kepedasan.
Elin hanya berusaha menikmati seluruh rasa nikmat yang dirasakan
tubuhnya. Sekarang Elin mencoba untuk berusaha aktif dengan ikut
menggerakkan pinggulnya mengikuti irama gerakan Tom di atasnya. Tom
melihat Elin mengerang, merintih dan mengejang setiap kali ia bergerak.
Dan Elin sudah mulai terbiasa mengikuti gerakannya. Tom merasakan tangan
Elin merangkul erat pada punggung bawahnya mengelus-elus ke bawah dan
meremas-remas pantatnya serta menariknya ke depan agar semakin merapat
pada tubuh Elin. Tom terus menggosok-gosokkan penisnya pada klitoris
Elin.
Tom sekarang ingin membuat Elin orgasme terlebih dahulu. Elin semakin
terangsang dan tak terkendali lagi setiap kali bagian tubuhnya bergerak
mengikuti tekanan dan sodokan Tom, sekarang wajahnya terbenam di dada
bidang Tom, mulutnya megap-megap seperti ikan terdampar di pasir, dengan
perlahan-lahan mulutnya bergeser pada dada Bossnya dan sambil terus
menjilat akhirnya tiba pada puting susu Tom.
Sekarang Elin secara refleks mulai menyedot dan menghisap puting susu
Tom, sehingga badan Tom mulai bergetar juga saking merasa nikmatnya.
Penis Tom terasa semakin keras, sehingga Tom semakin ganas saja
menggerakkan pantatnya menekan pinggul Elin dalam-dalam. Elin merasakan
vaginanya berkontraksi, sambil berusaha menahan rasa geli yang tidak
terlukiskan menggelitik seluruh dinding liang kemaluannya dan menjalar
ke seluruh tubuhnya.
Perasaan itu makin lama makin kuat menguasainya sehingga seakan-akan
menutupi kesadarannya dan membawanya melayang-layang dalam kenikmatan
yang tidak pernah dialaminya selama ini dan tidak dapat dilukiskan
ataupun diuraikan dengan kata-kata. Kenikmatan yang dialami Elin
tercermin pada gerakan tubuhnya yang meronta-ronta liar tanpa terkendali
bagaikan ikan yang menggelepar-gelepar terdampar di pasir. Desahan
panjang penuh kenikmatan keluar dari mulutnya yang mungil,
“Ooohhhh…., aagghh…, adduhhh..!”.
Kedua pahanya melingkari pantat Tom dan dengan kuat menjepit serta
menekan ke bawah, disertai tubuhnya yang mengejang dan kedua tangannya
mencengkeram alas tempat tidur dengan kuat, benar-benar suatu orgasme
yang dahsyat telah melanda Elin. Tom merasakan penisnya terjepit dengan
kuat oleh dinding kemaluan Elin yang berdenyut-denyut disertai isapan
kuat seakan-akan hendak menelan batang penisnya. Terasa benar jepitan
dinding vagina Elin dan di ujung sana terasa ada “tembok” yang mengelus
kepala penisnya.
Setelah beristirahat sejenak dan melihat Elin sudah agak tenang, Tom
mulai memompa lagi. Pompaan Tom kali ini segera dibalas oleh Elin,
pinggulnya bergerak-gerak “aneh” tapi efeknya luar biasa. Penis Tom
serasa dilumat dari pangkal sampai kepalanya. Lalu masih ditambah dengan
variasi, ketika pinggul Elin berhenti dari gerakan aneh itu, tiba-tiba
Tom merasakan penisnya terjepit dengan kuat dan dinding-dinding kemaluan
Elin berdenyut-denyut secara teratur, sekitar 4-5 kali denyut menjepit,
baru kemudian bergoyang aneh lagi.
Wah, suatu sensasi melanda perasaan Tom, suatu hubungan kelamin yang
belum pernah dinikmatinya dengan wanita manapun juga selama ini.
Menyesal Tom karena tidak dari dulu-dulu menikmatinya. Gerakan aneh di
dalam liang kemaluan Elin makin bervariasi. Terkadang Tom malah meminta
Elin berhenti bergoyang untuk sekedar menarik nafas panjang. Lumatan
dinding kemaluan Elin pada penis Tom membuatnya geli-geli dan serasa
akan ‘meledak’.
Tom tidak ingin cepat-cepat sampai, karena masih ingin menikmati
“elusan” vagina Elin. Tetapi gerakan-gerakan di dalam liang kewanitaan Elin semakin menggila dan semakin liar.
Hingga akhirnya Tom harus menyerah, tak mampu menahan lebih lama lagi
perasaan nikmat yang melandanya, semakin cepat Tom bergerak mengimbangi
goyangan pinggul Elin, semakin terasa pula rangsangan yang akan
meletupkan lahar panas yang sedang menuju klimaks, mendaki puncak,
saat-saat yang paling nikmat. Dan akhirnya, pada tusukan yang terdalam,
Tom menyemprotkan maninya kuat-kuat di dalam liang kewanitaan Elin,
sambil mengejang, melayang, bergetar. Pada detik-detik saat Tom melayang
tadi, tiba-tiba kaki Elin yang pada awalnya mengangkang, diangkatnya
dan menjepit pinggul Tom kuat-kuat. Amat sangat kuat.
Lalu tubuhnya ikut mengejang beberapa detik, mengendor dan terus
mengejang lagi, lagi dan lagi…, Elin pun tidak sanggup menahan dorongan
orgasme yang melandanya lagi, punggungnya melengkung ke atas, matanya
terbeliak-beliak, serta keseluruhan tubuhnya bergetar dengan hebat tanpa
terkendali, seiring dengan meledaknya kenikmatan orgasme di vaginanya.
Orgasme kedua dari Elin.
“Toommm, aduuuh, Toomm, aahhhhh…, aaduuhh…, nikmaaatt.., Toomm….!”.
Tom tersenyum puas melihat tubuh Elin terguncang-guncang karena
orgasme selama 15 detik tanpa henti-hentinya. Kemudian tangan Elin
dengan eratnya menekan pantat Tom ke arah selangkangannya sambil kakinya
menggelepar-gelepar ke kiri kanan. Tom pun terus menggerakkan penisnya
untuk menggosok klitoris Elin. Setelah orgasmenya selesai, tubuh Elin
langsung terkulai lemas tak berdaya, terkapar, dengan kedua tangan dan
kakinya terbentang melebar ke kiri kanan. Elin merasa bagian-bagian
tubuhnya seolah terlepas dan badannya tidak dapat digerakkan sama
sekali.
Setelah gelombang dahsyat kenikmatan yang melandanya surut, Elin
kembali ke alam nyata dan menyadari bahwa dia sedang terkapar di bawah
tindihan badan kekar lelaki bule berkulit putih yang bukan suaminya yang
baru saja memberikan kepuasan yang tiada tara padanya. Suatu perasaan
malu dan menyesal melandanya, bagaimana dia bisa begitu gampang
ditaklukkan oleh lelaki tersebut. Tanpa terasa air mata penyesalannya
bergulir keluar dan Elin mulai menangis tersedu-sedu. Dengan tubuhnya
yang masih menghimpit badan Elin, Tom mencoba membujuknya dengan
memberikan berbagai alasan antara lain karena ia terlalu banyak minum
sehingga tidak dapat mengontrol dirinya.
Sambil membujuk dan mengelus-elus rambut Elin dengan perlahan-lahan
penisnya mulai tegang lagi dan dengan halus penisnya yang memang telah
berada tepat di depan kemaluan Elis ditekan perlahan-lahan agar masuk ke
dalam kewanitaan Elin. Pada saat merasakan penis Tom mulai menerobos
masuk ke dalam kewanitaannya, Elin bereaksi sedikit dengan mencoba
memberontak lemah tapi akhirnya diam pasrah dan membiarkan penis besar
tersebut masuk sepenuhnya ke dalam liang kewanitaannya.
Dengan perlahan-lahan Tom menggerakkan badannya naik-turun, sehingga
lama-kelamaan tubuh Elin mulai terangsang kembali dan bereaksi, dan
pergumulan kedua insan tersebut semakin lama semakin seru mendaki puncak
kepuasan dan kenikmatan, terlupa akan segala penyesalan. Pertarungan
mereka terus berlanjut sepanjang malam dan baru berhenti menjelang fajar
menyingsing keesokan harinya.
Pukul 10 pagi keduanya baru terbangun dan terlihat Anita telah
berpakaian rapi, sedang menikmati sarapan paginya sambil mengerling ke
arah mereka dengan senyum-senyum rahasia. Pada mulanya Elin merasa
sangat malu terhadap Anita, tapi melihat reaksi Anita yang seperti itu,
seakan-akan mengajak bersekutu, akhirnya Elin menjadi terbiasa.
0 komentar:
Posting Komentar