Kumpulan Cerita Sex Terbaru 2018 - Aku tinggal ma satu keluarga yang terdiri dari bapak ibu dan seorang
anak yang masih balita. Bersama keluarga itu tinggallah kakek dari si
ibu, yang sudah uzur. Untuk membantu merawatnya, keluarga itu
memperkerjakan seorang perawat, amoy, masi abg dan cantik. Senenag aku
melihat Fang-fang, begitu nama amoy yang perawat itu. ang-fang baru
lulus smu setahun yang lalu, karena tidak mempunyai dana untuk
melanjutkan sekolah, dia bekerja sebagai perawat manula. Dia ikut kursus
singkat bagaimana merawat manula dan kemudian bekerja di keluarga itu.
Rumah yang aku tinggali terdiri dari 2 bangunan, bangunan utama tempat
keluarga itu tinggal, dan bangunan laennya merupakan annex dari bangunan
utama, disitu ada gudang, dapur dan 2 kamar yang lumayan besarnya. Aku
mondok disalahsatu kamar dan Fang-fang tidur dikamar sebelah kamarku.
Sudah beberapa kali aku ngintip Fang-fang ketika dia abis mandi. Dari
jendelanya yang tidak tertutup korden dengan sempurna aku sudah beberapa
kali memandang penuh napsu ke body Fang-fang yang putih mulus seperti
lazimnya kulit amoy, toketnya sempurna bentuknya, gak besar si, tapi gak
juga tocil, dihiasi dengan pentil imut berwarna pink, pertanda belum
sering diemut lelaki. Kalo toh Fang-fang dah gak prawan, paling dia baru
beberapa kali ngerasain kemasukan kon tol di me meknya. Perutnya rata
dengan puser yang berbentuk segaris, dan jembutnya lebat juga, rapi
menutupi daerah me meknya.
Pernah satu malem, aku pulang terlambat, kudengar erangan dari kamar
Fang-fang, ketika kuintip, Fang-fang sedang telentang telanjang bulet,
tangan satunya meremas toketnya sembari memlintir pentilnya sedang
tangan satunya sedang mengilik it ilnya sendiri. Wah napsuku melonjank
drastis, kon tolku langsung keras, tetapi aku belum berani melakukan
lebih jauh dari sekadar ngintip terus, akhirnya aku gak tahan. aku masuk
ke kamarku sendiri dan mengocok kon tolku abis2an sembari membayangkan
sedang ngen totin Fang-fang sampe akhirnya pejuku muncrat dengan
derasnya. Ketika aku keluar kamar, kulihat kamar Fang-fang sudah gelap,
rupanya dia sudah selesai mengilik dirinya sendiri, gak tau klimax atu
enggak. Esok harinya, aku berusaha nanya ke Fang-fang, “Fang, semalem
kamu sakit ya”. “Enggak kok mas”, dia memanggilku mas. “Aku denger kamu
merintih2 kok”. Fang-fang kulihat merah mukanya, “Gak apa kok mas”,
sembari menghindar supaya aku gak bertanya lebih jauh. “Kok malu si
Fang, mangnya semalem kamu ngapain, aku tau lo kamu ngapain”, gangguku.
“Mas ngintipin Fang-fang ya”, katanya malu. “Abis rintihan kamu bukan
rintihan sakit si”. “Abis rintihan apa”. “Rintihan berahi, lagi napsu ya
Fang, kok gak ngajak2 si kalo lagi horny”, kataku to the point. “Fang”,
terdengar panggilan dari rumah induk. “Opa manggil fang-fang mas”,
katanya sambil meninggalkan aku. Saved by the bell.
Malemnya, Fang-fang papasan ma aku ketika dia mo kembali ke kamarnya.
“Mo merintih lagi Fang”, godaku. “Ah mas nggodain Fang-fang aja nih,
kan malu, mana diintip lagi”. “Abis kedengaran, aku kira kamu sakit, gak
taunya lagi nikmat. Kok dadakan ngilik sih”. “abis liat mas tlanjang”.
“Hah”, sekarang aku terkaget2 rupanya dia juga ngintipin aku kalo aku
dikamar tlanjang dan ngocok ndiri. Pantes aku suka denger kresek, sampe
aku kirain ada tikus, gak taunya Fang-fang yang ngintip lewat koredn
yang gak rapet. “satu sama dong”, kataku lagi. “Daripada kamu ngintip
gak jelas, aku mau kok kasi liat ma kamu. Mau liat gak”. “Mas punya
besar ya, panjang lagi”. “Memangnya kamu dah perna liat punya lelaki
laen”. “Cowok Fang-fang dulu”. “Besar gak”. “Besaran dan panjangan punya
mas”. “Sekarang masi?” “Udah enggak, padahal aku dah kasi nikmat ma
dia, dia malah ninggalin aku ma cewek yang lebi montok dari aku”.
“Kasian deh, dah jadi cewek aku aja ya, aku tipe lelaki setia kok”.
“Setia apanya, suka ngintipin orang kok setia”. Aku cuma tertawa
mendengarnya. “Kamu suka mijet si kakek kan, aku mau dong dipijetin”.
“Mas pengen dipijet ato mo mijet Fang-fang”. Dua2nya, pijetin aku ya,
pegel2 nih badan”. “Iya deh, tapi cuma mijetin aja yah”. Aku
menggangguk.
Kuajak dia masuk kekamarku, pintu kututup. aku masuk kamar mandi dan
melepaskan semua yang nempel dibadanku. kon tolku dah tegak keras
banget, napsuku dah sampe diubun2, pokoknya malem ini aku harus nikmati
Fang-fang, kayanya dia juga gak keberatan kok ngen tot ma aku. Aku
keluar dari kamar mandi dengan membelitkan handuk di pinggang, “Kamu gak
buka baju Fang, ntar keringatan”. Fang-fang hanya mengenakan tank top
dan celana pendek ketika itu. “Ntar mas napsu lagi kalo Fang-fang buka
baju, gini aja gak apa ya mas”. “Ya terserah kamu ja, kan gak enak kalo
kringeten”. Aku menelungkup didipan. Dia mulai memijat pahaku.
Pijatannya makin keatas, sampai batas handuk, kemudian langsung ke
pinggang, terus sampe ke pundak. Setelah selesaidia melap badanku dengan
anduk basah. “Depannya enggak Fang, sekalian aja”, pintaku sambil
membalikkan badan.
Dia terkejut ketika aku sudah berbaring telentang, kon tolku nongol
dari lipatan handuki. kon tolku besar dan panjang dan sudah keras
banget. “Ih mas, kok ngaceng sih”, katanya genit. “Berdua sama cewek
cakep dan seksi kaya kamu, mana bisa nahan napsu. Remes kon tolku aja ya
Fang”, kataku sambil menarik tangannya dan kuarahkan ke kon tolku. Dia
menurut saja, langsung kulepas lipatan handukku, sehingga terbukalah
akses ke kon tolku. Diremes dan dikocok pelan, “mas besar banget kon
tolnya, panjang lagi. Ngacengnya keras banget”. napsunya bangkit juga,
sehingga kocokannya makin cepat. Aku segera duduk dan memeluknya.
Bibirnya langsung kucium. “Fang, dilepas ya baju kamu, aku dah kepengen
gantian mijit kamu ni”. “Janjinya enggak kan mas”. Kembali bibirnya
kucium dengan ganas, sementara tanganku mulai mengelus2 toketnya. “Fang
dibuka ya bajunya, aku pengen meremes langsung toket kamu”. Tanpa
menunggu jawabannya, aku melepas tanktopnya. Fang-fang mengangkat
tangannya keatas untuk mempermudah aku melepaskan tank topnya. Kemudian
giliran celana pendeknya yang aku selorotkan. aku membelalak melihat
bodinya yang hanya terbungkus bra dan cd, “Fang, kamu napsuin sekali”.
Lampu kamar segera kupadamkan. Yang menyala sekarang hanya lampu tidur
yang temaram. Biar lebih romantis. Aku segera membaringkan tubuhnya
disampingku. Dia menggeliat dan menghadap ke arahku. Aku menggeser
badanku mendekati dia. kon tolku langsung melonjak begitu bersentuhan
dengan lengannya. Dia berbaring diam di sampingku. Tiba-tiba dia memeluk
dadaku. “Kenapa Fang, dingin yaaa……..”, kataku, aku meluncurkan tangan
kiriku ke atas kepalanya. Dengan reflek dia mengangkat kepalanya dan
tanganku jadi memeluk kepalanya. Dengan manja dia menyandarkan kepalanya
ke bahu kiriku. Aku mengelus kepalanya dengan lembut. Kuciumi rambut
dan kepalanya dengan lembut. Aku semakin mempererat pelukannya dan
melingkarkan kakiku ke pahanya. Sehingga pahanya menyentuh kon tolku.
“mas…”, desahnya sambil menengadahkan wajahnya ke wajahku. Aku segera
memagut bibirnya. Lama bibir kami berpagutan. Kami sampai terengah-engah
karena terlalu bersemangatnya berciuman. Kami berhenti berciuman karena
sudah tidak bisa bernafas lagi. Setelah menarik nafas
sebanyak-banyaknya, kami saling berpandangan, dan tersenyum. Aku kembali
merenggut lengannya dan cepat memagut bibirnya. Dia melayani cumbuanku.
Aku melepas branya dan meremas-remas toketnya . Dia mendengus-dengus
dan seperti kejang-kejang waktu aku memlelintir pentilnya. Aku kembali
memagut bibirnya. Dia menggeliat-geliat. Kuciumi toketnya. Dia agak
menggeliat. Kemudian aku mulai menjilati toketnya, memutari toketnya
bergantian. Kuselingi dengan gigitan-gigitan kecil. Kemudian kusedot
pentilnya sambil kugigit pelan. Dia kembali menggeliat sambil mengangkat
pantatnya. Aku menggapai cdnya dan kupelorotkan ke bawah.
Sambil tetap menggigit dan mengisap pentilnya, aku menggunakan kaki
kananku untuk menurunkan cdnya sampai terlepas sama sekali. Kemudian
kuusap me meknya yang dilingkari jembut yang lebat. Aku mengangkat
kepalaku untuk lebih jelas melihat me meknya. Kemudian aku mengulum
pentilnya. Kemudian jilatanku mulai turun ke arah perutnya. Dia agak
meregang waktu lidahku menelusuri permukaan kulitnya dari mulai pentil
sampai ke arah pusernya. Kemudian aku kembali memandangi me meknya. Aku
duduk langsung menghadap me meknya. “Fang, jembut kamu lebat, pasti
napsu kamu besar ya. Kamu gak puas kan kalo cuma dien tot seronde”,
kataku sambil mendekatkan wajahku ke me meknya. Dia hanya mendesah saja.
Pelan kucium me meknya. Dia menggeliat. Kemudian kujilat dengan lembut
sekitar bibir me meknya. Dia mengangkat pantatnya sambil berpegangan
pada sepre sambil mendesah, “aaaaaaahhhhhh..”. Aku kemudian menciumi
pahanya. Dia melonjak-lonjakan pantatnya beberapa kali. Setelah agak
lama menciumi pangkal paha sampat lututnya, aku mulai mengarahkan
jilatan pada me meknya. Aku menjilati bibir me meknya. Dia menggelinjang
dan mendesah, “auuhhhhhhhhh…….”. Kubuka sedikit bibir me meknya yang
sudah basah kuyup, dan segera menjilat it ilnya,
“AAAGGGHHHHHHHH……..!!!!!!”, lenguhnya keras dan mengangkat pantatnya
tinggi-tinggi. Kumasukkan lidahku ke dalam me mek nya kemudian
kuputar-putar dengan tekanan yang kuat ke sekeliling me meknya. Dia
semakin bernapsu. Dijambaknya rambutku sambil menekan kepalaku semakin
keras ke arah me meknya. Sesekali aku menggigit it ilnya diselingi
dengan sedotan. Napasnya makin tidak beraturan. Dia mendesah-desah dan
kadang-kadang menjerit kecil, terutama pada saat it ilnya kugigit-gigit.
Akhirnya, kedua kakinya menjepit kepalaku dengan kuat sekali. Kedua
tangannya juga menekan kepalaku sekuat tenaga sehingga hidungku pun
tenggelam dalam bukit me meknya. Dia mengerang dan menggelinjang. Aku
menyedot me meknya sambil menggigit it ilnya terus. Dia terhempas ke
kasur dengan mengeluarkan suara dengusan yang kuat. Aku terbebas dari
jepitan kakinya. Aku terengah-engah sedang dia tergeletak lemas. Kucium
sekali lagi me meknya. dia hanya tersenyum, “mas, luar biasa deh
lidahnya, pake lidah saja Fang-fang sudah nyampe, apalagi pake kon tol
besar mas ya”.
aku cuma tersenyum dan turun dari tempat tidur mencari handuk untuk
melap mulut dan muka yang berlepotan cairan me meknya. Setelah melap
muka , aku kembali ke tempat tidur. Belum sempat naik ke ranjang, dia
sudah menyambutku dengan pelukan dan ciuman. Sekarang gilirannya
menciumi leher, dada dan pentilku. Lidahnya berputar-putar disekitar
pentilku. Kemudian dia mulai menyedot-nyedot dan menggigit-gigit kecil
pentilku. Aku jadi keenakan. Dia meluncur kebagian bawah. Dielusnya kon
tolku mulai dari pangkal sampai kekepalanya. Kemudian sambil berjongkok,
dijilatinya kepala kon tolku. Diputari dengan lidah. Digigit kecil dan
dijilati.
Lama-lama aku tak tahan berdiri kuperlakukan begitu. Akupun duduk di
tepi tempat tidur. Dia kembali menjilati kon tolku, dari kepala, batang
sampai ke bijinya. Aku jadi merem melek dan mendesah keenakan. Kemudian
kepalanya diemutnya. Lidahnya menjilati kepalanya yang sudah masuk
mulutnya. Aku sampai bergetar menahan rasa geli-geli nikmat itu. Dan
kemudian dengan keras dia menyedot kon tolku. Aku menjepit kepalanya
dengan kedua kaki.
Aku nggak mau kalau sampai ngecret ketika kuemut. Aku berdiri dan
menariknya berdiri juga. Aku memeluknya dan mencium bibirnya dengan
mesra. “Luar biasa kamu, Fang”, bisikku. Dia cuma tersenyum manja.
Akupun membaringkannya di ranjang. Pantatnya kuganjal bantal. “Buat apa
mas, kan kon tol mas panjang, masuknya pasti dalem”, tanyanya. Aku diam
saja.
Karena diganjal. me meknya jadi merekah. Aku menjilati me meknya
sekali lagi. Dia menggeliat waktu lidahku masuk ke me meknya dan
menyentuh it ilnya. Kemudian aku menaiki tubuhnya dan kon tol
kutempelkannya di bibir me meknya. Kudorong kepala kon tolku dengan jari
supaya masuk ke me meknya. Dia mendesah waktu kepala kon tolku memasuki
me meknya. Kemudian aku menggerakkan sedikit maju mundur sehingga
dengan pelan tapi pasti seluruh kon tolku terbenam di me meknya. Dia
mendesah dan berpegangan erat pada sprei. Setelah kon tolku masuk semua,
aku menciumi bibirnya, kemudian agak membungkukkan badanku untuk
mengemut pentilnya. “Siap, Fang?”, tanyaku. “Hmmmm..”, dia mengangguk
kecil dan tersenyum. Aku meletakkan kedua tanganku di samping bahunya
seperti orang push up. Kemudian pelan-pelan mulai mengangkat pantatku.
Setengah kon tolku keluar, kemudian kudorong lagi. Semakin lama gerakan
naik turun semakin cepat. toketnya terguncang-guncang waktu aku
melakukan gerakan memompa ini. Dengan gemas aku mencium, menyedot dan
menggigit pentilnya juga. Dia mengimbangi gerakanku dengan memutar
pantatnya seirama dengan gerakan pantatku naik turun. Terasa sekali kon
tolku seperti mengaduk-aduk me meknya. me meknya sesekali dikejang2kan
memijat kon tolku yang sedang keluar masuk dengan cepat.
Kemudian akupun menegakkan tubuh dengan posisi berdiri di atas lutut.
Untuk keseimbangan, aku membuka kakinya lebar-lebar. Sambil berpegangan
pada pahanya, akupun memberikan pijatan-pijatan berputar di pangkal
paha sampai daerah sekitar me meknya. Dia menjadi mendengus keenakan.
Gerakan putaran pantatnya jadi semakin liar. Dengan posisi ini aku bisa
memandangi dengan leluasa keluar masuknya kon tolku di me meknya.
Kadang-kadang aku merendahkan pantatku sehingga sodokan di bagian atas
dinding me meknya lebih terasa. Dia mulai menceracau, gerakan pantatnya
sudah mulai melonjak-lonjak tak karuan, aku sengaja menghentikan gerakan
maju mundurku. Setelah pantatnya gerakannya pelahan lagi, aku tarik
pelan-pelan kon tolku dan kemudian memberikan sodokan yang cepat ke me
meknya. Pantatnya langsung melonjak dan berputar lagi dengan keras.
Setiap aku menarik kon tolku, terasa bibir me meknya ikut tertarik
keluar. Tapi begitu aku menyodokkan kon tolku, bibir me meknya terasa
melipat ke dalam dan seperti menelan kon tolku.
Setengah jam kemudian, badanku sudah basah oleh keringat.
Kadang-kadang dia mengangkat badannya, menciumku dan kemudian
menjatuhkan badannya lagi. Yang jelas sprei tempat tidur sudah tidak
beraturan lagi. Dia masih mengelinjang-gelinjang menikmati
sodokan-sodokan kon tolku. Akhirnya, dia merenggut leherku dan
mendekapnya dengan kuat. Kakinya juga menjepit pinggangkua kuat sekali,
sambil mendesah “aaagggghhhhhhh”. Akupun tidak menunggu lebih lama lagi.
Segera kujatuhkannya badannya ke kasur dan kupeluk dengan erat sambil
mempercepat pompaannya. Pantatku hampir-hampir tidak bisa bergerak
karena jepitan kakinya. Aku mempercepat gerakan kon tolku, dan sekali,
dua kali, tiga kali, sampai empat kali aku mengejan, menyemprotkan
pejunya didalam me meknya. Badanku menjadi tegang sambil masih
berpelukan kuat dengannya. Beberapa saat tubuh kami masih tegang
berpelukan sambil menahan nafas berusaha menikmatinya. Akhirnya tubuh
kami menjadi lemas dan pelukannyapun mengendor. Kakinya sudah tidak
menjepit pinggangku lagi. Tapi aku masih tetap tergeletak di atas
tubuhnya. Aku mencium kening, mata, hidung dan bibirnya. Akhirnya kami
saling melepaskan pelukan. Dengan pelahan kucabut kon tolku dari me
meknya. Dia sedikit menggelinjang waktu aku mencabutnya. “mas, nikmat
banget deh dien tot sama mas. Lagian mas mesra banget deh memperlakukan
Fang-fang, seperti Fang-fang ini pacar mas saja. Istirahat dulu ya mas,
abis itu Fang-fang masih kepingin ngerasain kon tol mas ngaduk2 me mek
Fang-fang lagi”, kataku. “Iya sayang, apa sih yang gak boleh untuk
kamu”, jawabku sambil tersenyum. Setelah itu kami berpelukan dan
tertidur karena kelelahan.
Paginya dia terbangun karena aku mengusap2 me meknya. “Fang, si kakek
pagi gini perlu kamu gak?” tanyaku. “Masa bodo ah, Fang-fang pengen
nikmat ma mas lagi”. kon tolku sudah mulai ngaceng lagi. Aku mulai
mengusap-usap it il dan me meknya. Rasanya seperti melayang setiap kali
aku menyentuh it ilnya. Apalagi ketika aku mulai menjilati pentilnya,
dia makin lemah tak berdaya. Lututnya terasa lemas yang membuat
akuxmudah me jelajahi me meknya karena menjadi terbuka. Sambil memeluk
pinggangnya dengan tangan kiri, aku mulai memainkan jari kanan di me
meknya. Dengan ibu jari dan jari tengah, aku membuka me meknya. Jari
telunjuk mulai meraba-raba it ilnya. Dia terlonjak setiap aku mengusap
it ilnya dibarengi erangannya. Dia meremas-remas sendiri toketnya,
sambil menahan kenikmatan di pagi hari. Puas memainkan it ilnya, lidahku
mulai berperan. Setiap jilatan membuat dia menjerit. Dia berusaha
menjepit kepalaku dengan pahanya, sehingga aku semakin ganas memainkan
lidah. Sesekali aku mengisap it ilnya dengan keras. Dia menjadi semakin
berisik mengeluarkan erangan. Aku gak perduli karena kamarku lumayan
kedap suara.
Kini gilirannya membelai, mencium, menjilat, dan meremas kon tolku
yang sudah ngaceng. Digenggamnya kon tolku yang besar dan keras. Satu
kocokan, kini giliran aku yang terpaksa memejamkan mata merasakan
nikmatnya genggaman tangannya. Tanpa berlama-lama lagi, dia melumat kon
tolku di dalam mulutnya. Sedikit gigitan, dijilatinya seluruh permukaan
kon tolku. Dia hampir tersedak karena ujung kon tolku yang panjang
menyentuh pangkal rongga mulutnya, sementara di luar masih tersisa. Dia
semakin bernafsu mengulum kon tolku. Pelan tapi pasti dia keluar
masukkan kon tolku di mulutnya. Lidahnya disentuhkan ke ujung kon tolku.
Pahaku makin terbuka membuat kon tolku makin mengacung kencang. Dia
mulai menjilati dan mengulum kantung pelerku. Posisinya yang merangkak
setengah menunduk membuat bongkahan pantatnya menjulang keatas. Aku
mengusap pantatnya dan kemudian menarik lengannya. Dia kuciumnya sambil
kurebahkan keranjang. Aku merebahkan badan disisinya. Berbaring miring,
aku mengisap toketnya. Aku mulai bermain lagi di me meknya. Kali ini
usapanku sedikit keras dan cepat menggosok it ilnya. Dia menggelinjang
karenanya. Tiba-tiba tubuhnya mengejang, dia kembali nyampe. “mas,
sarapannya enak banget deh, mas pinter banget ngilik Fang-fang, sebentar
aja Fang-fang dah nyampe”, desahnya.
Aku tidak menjawab, malah menindih tubuhnya. Dia bisa merasakan bobot
tubuhku terutama di bagian bawah pinggangnya. Tanganku sudah tegak di
sisi toketnya menopang badanku sendiri. Dia bisa merasakan bagian tubuh
bawahku bergerak-gerak berusaha mengarahkan acungan kon tolku. Dia pun
langsung meraih kon tolku dan membimbingnya ke me meknya. Aku mendorong
kuat pantatku dan dia merasakan rangsekan kon tolku di dinding me
meknya. Perlahan cairan me meknya melumasi permukaan kon tolku. Mulai
aku menarik kembali kon tolku sedikit dan membenamkannya lagi sampai
akhir seluruh kon tolku dilumat me meknya. Sodokan pertama kon tolku
masuk seluruhnya. Diapun merasakan sekali lagi kenikmatan luar biasa
itu. Apalagi, aku tidak langsung memompa cepat-cepat dan keras. Pertama
masuk penuh, aku menahannya dan memandangi wajahnya sambil mengecup
bibirnya. Nikmat banget rasanya. Setelah itu, mulailah aku menggerakkan
pantatku mengangkat dan menekan yang membuat kon tolku keluar masuk
bergesekan dengan me meknya. Dia menyambut setiap gerakan dengan jepitan
dan gerakan kecil pantatnya. Dia mengerang makin lama makin keras.
Karena erangannya sambil mendongakkan kepala membuatku tambah bernapsu.
Semakin kuat dan cepat sodokanku membuatnya merasakan akan nyampe lagi.
Dia hanya bisa mencengkram punggungku keras-keras ketika dia mencapai
puncak. Kepalanya mendongak keatas hingga kedua bola matanya hanya
terlihat tinggal putihnya. Setelah dia nyampe, aku langsung menghentikan
gerakan membiarkan kon tolku merasakan cengkraman kuat me meknya.
Tindakan ini membuat aku merasakan kenikmatan luar biasa. Kali ini
terasa lebih nikmat karena denyutan me meknya tertahan kon tolku, “mas,
nikmat sekali…,” katanya sambil memelukku kuat-kuat dan menciumi pipi
dan pundakku. Sekali lagi aku tersenyum, “Enak?”. “Banget, lebih nikmat
dari semalem. mas hebat banget deh mainnya”, jawabnya. “Gaya lain…?”
tanyaku. Dia langsung mengangguk.
Aku membalik badannya dan mengangkat badannya bagian bawah dengan
memeluk pinggang dari belakang. Tak menunggu lama aku langsung
memasukkan kon tolku. Dia menunduk sambil menggigit bibir merasakan
seluruh kon tolku terbenam makin dalam di me meknya. Pantatnya terangkat
tinggi yang membuat aku langsung mendorong dengan cepat. Dia mengikuti
irama dengan mendorong pantatnya ke belakang. Masuk hitungan belasan
menit menyodok me meknya, belum ada tanda-tanda doronganku melemah.
Sebaliknya justru makin kuat, membuat dia juga makin bernafsu. Tetesan
peluh mulai membasahi badan, namun baik aku maupun dia justru makin
bersemangat. Pantat dan pinggangnya makin bergerak liar membuat aku gak
bisa menahan lenguhanku.
Kemudian ganti dia yang berinisiatif. Dilepaskannya kon tolku dari me
meknya dan mendorong aku sampai telentang. Dia langsung menaiki tubuhku
dan duduk di atas kon tolku yang masih ngaceng. Ketika dia bergerak
naik turun, aku meremas toketnya yang terguncang-guncang. Telapakku yang
besar berusaha meraup seluruh permukaan toketnya. Remasannya makin kuat
membuat dia makin mempercepat gerakannya. Sekali lagi dia harus mengaku
kalah. Karena meski dia telah mencoba berbagai goyangan, justru dia
yang kembali yang nyampe duluan. dia langsung ambruk menindihku yang
sudah siap menerimanya dengan pelukan dan kecupan. “mas kuat banget
sih..”, desahnya.
“Kamu di bawah lagi ya…?”, jawabku. Dia mengangguk lemah dan
menggulingkan badannya ke sisi kananku. Aku memasukkan kon tol nya ke
mulutnya. Puas mengulum dan menjilati kon tol yang dipenuhi lendir me
meknya, dia kembali merebahkan diri. Aku langsung menaikinya dan
mendorong kon tolku masuk, dimulai dengan perlahan dan terus semakin
lama semakin kuat dan cepat. Kemudian sodokanku menjadi lebih keras dari
sebelumnya. Sesaat kemudian aku mengerang panjang dan menyodokkan kon
tolku sangat kuat beberapa kali. Diapun bisa merasakan hangatnya pejuku
muncrat di dalam me meknya. Aku masih terus menyodok terputus-putus dan
semakin melemah. Pejuku mengalir keluar setiap aku menyodokkan lagi kon
tolku. Setelah benar-benar selesai, akupun ambruk menindihnya. Aku
terdiam sesaat di atasnya. Dia mengusap lembut kepalaku, “Puas mas…?”.
aku hanya mengangguk. Badanku terasa lemas. “Fang, nikmatnya benar-benar
ngga ada yang nyamain…”. “mas juga hebat. Fang-fang selalu k o duluan.
Terima kasih ya mas untuk kenikmatan ini. Fang-fang mau kok ngeladenin
napsu mas lagi….”. Aku mengeratkan rangkulanku. Dia pun membalasnya
diikuti kecupan di bibir. Setelah semuanya selesai, kami mandi bersama.
0 komentar:
Posting Komentar