Sabtu, 04 Agustus 2018

Agustus 04, 2018
Kumpulan Cerita Sex Terbaru 2018 -  Aku tinggal ma satu keluarga yang terdiri dari bapak ibu dan seorang anak yang masih balita. Bersama keluarga itu tinggallah kakek dari si ibu, yang sudah uzur. Untuk membantu merawatnya, keluarga itu memperkerjakan seorang perawat, amoy, masi abg dan cantik. Senenag aku melihat Fang-fang, begitu nama amoy yang perawat itu. ang-fang baru lulus smu setahun yang lalu, karena tidak mempunyai dana untuk melanjutkan sekolah, dia bekerja sebagai perawat manula. Dia ikut kursus singkat bagaimana merawat manula dan kemudian bekerja di keluarga itu. Rumah yang aku tinggali terdiri dari 2 bangunan, bangunan utama tempat keluarga itu tinggal, dan bangunan laennya merupakan annex dari bangunan utama, disitu ada gudang, dapur dan 2 kamar yang lumayan besarnya. Aku mondok disalahsatu kamar dan Fang-fang tidur dikamar sebelah kamarku. Sudah beberapa kali aku ngintip Fang-fang ketika dia abis mandi. Dari jendelanya yang tidak tertutup korden dengan sempurna aku sudah beberapa kali memandang penuh napsu ke body Fang-fang yang putih mulus seperti lazimnya kulit amoy, toketnya sempurna bentuknya, gak besar si, tapi gak juga tocil, dihiasi dengan pentil imut berwarna pink, pertanda belum sering diemut lelaki. Kalo toh Fang-fang dah gak prawan, paling dia baru beberapa kali ngerasain kemasukan kon tol di me meknya. Perutnya rata dengan puser yang berbentuk segaris, dan jembutnya lebat juga, rapi menutupi daerah me meknya.
Pernah satu malem, aku pulang terlambat, kudengar erangan dari kamar Fang-fang, ketika kuintip, Fang-fang sedang telentang telanjang bulet, tangan satunya meremas toketnya sembari memlintir pentilnya sedang tangan satunya sedang mengilik it ilnya sendiri. Wah napsuku melonjank drastis, kon tolku langsung keras, tetapi aku belum berani melakukan lebih jauh dari sekadar ngintip terus, akhirnya aku gak tahan. aku masuk ke kamarku sendiri dan mengocok kon tolku abis2an sembari membayangkan sedang ngen totin Fang-fang sampe akhirnya pejuku muncrat dengan derasnya. Ketika aku keluar kamar, kulihat kamar Fang-fang sudah gelap, rupanya dia sudah selesai mengilik dirinya sendiri, gak tau klimax atu enggak. Esok harinya, aku berusaha nanya ke Fang-fang, “Fang, semalem kamu sakit ya”. “Enggak kok mas”, dia memanggilku mas. “Aku denger kamu merintih2 kok”. Fang-fang kulihat merah mukanya, “Gak apa kok mas”, sembari menghindar supaya aku gak bertanya lebih jauh. “Kok malu si Fang, mangnya semalem kamu ngapain, aku tau lo kamu ngapain”, gangguku. “Mas ngintipin Fang-fang ya”, katanya malu. “Abis rintihan kamu bukan rintihan sakit si”. “Abis rintihan apa”. “Rintihan berahi, lagi napsu ya Fang, kok gak ngajak2 si kalo lagi horny”, kataku to the point. “Fang”, terdengar panggilan dari rumah induk. “Opa manggil fang-fang mas”, katanya sambil meninggalkan aku. Saved by the bell.
Malemnya, Fang-fang papasan ma aku ketika dia mo kembali ke kamarnya. “Mo merintih lagi Fang”, godaku. “Ah mas nggodain Fang-fang aja nih, kan malu, mana diintip lagi”. “Abis kedengaran, aku kira kamu sakit, gak taunya lagi nikmat. Kok dadakan ngilik sih”. “abis liat mas tlanjang”. “Hah”, sekarang aku terkaget2 rupanya dia juga ngintipin aku kalo aku dikamar tlanjang dan ngocok ndiri. Pantes aku suka denger kresek, sampe aku kirain ada tikus, gak taunya Fang-fang yang ngintip lewat koredn yang gak rapet. “satu sama dong”, kataku lagi. “Daripada kamu ngintip gak jelas, aku mau kok kasi liat ma kamu. Mau liat gak”. “Mas punya besar ya, panjang lagi”. “Memangnya kamu dah perna liat punya lelaki laen”. “Cowok Fang-fang dulu”. “Besar gak”. “Besaran dan panjangan punya mas”. “Sekarang masi?” “Udah enggak, padahal aku dah kasi nikmat ma dia, dia malah ninggalin aku ma cewek yang lebi montok dari aku”. “Kasian deh, dah jadi cewek aku aja ya, aku tipe lelaki setia kok”. “Setia apanya, suka ngintipin orang kok setia”. Aku cuma tertawa mendengarnya. “Kamu suka mijet si kakek kan, aku mau dong dipijetin”. “Mas pengen dipijet ato mo mijet Fang-fang”. Dua2nya, pijetin aku ya, pegel2 nih badan”. “Iya deh, tapi cuma mijetin aja yah”. Aku menggangguk.
Kuajak dia masuk kekamarku, pintu kututup. aku masuk kamar mandi dan melepaskan semua yang nempel dibadanku. kon tolku dah tegak keras banget, napsuku dah sampe diubun2, pokoknya malem ini aku harus nikmati Fang-fang, kayanya dia juga gak keberatan kok ngen tot ma aku. Aku keluar dari kamar mandi dengan membelitkan handuk di pinggang, “Kamu gak buka baju Fang, ntar keringatan”. Fang-fang hanya mengenakan tank top dan celana pendek ketika itu. “Ntar mas napsu lagi kalo Fang-fang buka baju, gini aja gak apa ya mas”. “Ya terserah kamu ja, kan gak enak kalo kringeten”. Aku menelungkup didipan. Dia mulai memijat pahaku. Pijatannya makin keatas, sampai batas handuk, kemudian langsung ke pinggang, terus sampe ke pundak. Setelah selesaidia melap badanku dengan anduk basah. “Depannya enggak Fang, sekalian aja”, pintaku sambil membalikkan badan.
Dia terkejut ketika aku sudah berbaring telentang, kon tolku nongol dari lipatan handuki. kon tolku besar dan panjang dan sudah keras banget. “Ih mas, kok ngaceng sih”, katanya genit. “Berdua sama cewek cakep dan seksi kaya kamu, mana bisa nahan napsu. Remes kon tolku aja ya Fang”, kataku sambil menarik tangannya dan kuarahkan ke kon tolku. Dia menurut saja, langsung kulepas lipatan handukku, sehingga terbukalah akses ke kon tolku. Diremes dan dikocok pelan, “mas besar banget kon tolnya, panjang lagi. Ngacengnya keras banget”. napsunya bangkit juga, sehingga kocokannya makin cepat. Aku segera duduk dan memeluknya. Bibirnya langsung kucium. “Fang, dilepas ya baju kamu, aku dah kepengen gantian mijit kamu ni”. “Janjinya enggak kan mas”. Kembali bibirnya kucium dengan ganas, sementara tanganku mulai mengelus2 toketnya. “Fang dibuka ya bajunya, aku pengen meremes langsung toket kamu”. Tanpa menunggu jawabannya, aku melepas tanktopnya. Fang-fang mengangkat tangannya keatas untuk mempermudah aku melepaskan tank topnya. Kemudian giliran celana pendeknya yang aku selorotkan. aku membelalak melihat bodinya yang hanya terbungkus bra dan cd, “Fang, kamu napsuin sekali”. Lampu kamar segera kupadamkan. Yang menyala sekarang hanya lampu tidur yang temaram. Biar lebih romantis. Aku segera membaringkan tubuhnya disampingku. Dia menggeliat dan menghadap ke arahku. Aku menggeser badanku mendekati dia. kon tolku langsung melonjak begitu bersentuhan dengan lengannya. Dia berbaring diam di sampingku. Tiba-tiba dia memeluk dadaku. “Kenapa Fang, dingin yaaa……..”, kataku, aku meluncurkan tangan kiriku ke atas kepalanya. Dengan reflek dia mengangkat kepalanya dan tanganku jadi memeluk kepalanya. Dengan manja dia menyandarkan kepalanya ke bahu kiriku. Aku mengelus kepalanya dengan lembut. Kuciumi rambut dan kepalanya dengan lembut. Aku semakin mempererat pelukannya dan melingkarkan kakiku ke pahanya. Sehingga pahanya menyentuh kon tolku. “mas…”, desahnya sambil menengadahkan wajahnya ke wajahku. Aku segera memagut bibirnya. Lama bibir kami berpagutan. Kami sampai terengah-engah karena terlalu bersemangatnya berciuman. Kami berhenti berciuman karena sudah tidak bisa bernafas lagi. Setelah menarik nafas sebanyak-banyaknya, kami saling berpandangan, dan tersenyum. Aku kembali merenggut lengannya dan cepat memagut bibirnya. Dia melayani cumbuanku. Aku melepas branya dan meremas-remas toketnya . Dia mendengus-dengus dan seperti kejang-kejang waktu aku memlelintir pentilnya. Aku kembali memagut bibirnya. Dia menggeliat-geliat. Kuciumi toketnya. Dia agak menggeliat. Kemudian aku mulai menjilati toketnya, memutari toketnya bergantian. Kuselingi dengan gigitan-gigitan kecil. Kemudian kusedot pentilnya sambil kugigit pelan. Dia kembali menggeliat sambil mengangkat pantatnya. Aku menggapai cdnya dan kupelorotkan ke bawah.
Sambil tetap menggigit dan mengisap pentilnya, aku menggunakan kaki kananku untuk menurunkan cdnya sampai terlepas sama sekali. Kemudian kuusap me meknya yang dilingkari jembut yang lebat. Aku mengangkat kepalaku untuk lebih jelas melihat me meknya. Kemudian aku mengulum pentilnya. Kemudian jilatanku mulai turun ke arah perutnya. Dia agak meregang waktu lidahku menelusuri permukaan kulitnya dari mulai pentil sampai ke arah pusernya. Kemudian aku kembali memandangi me meknya. Aku duduk langsung menghadap me meknya. “Fang, jembut kamu lebat, pasti napsu kamu besar ya. Kamu gak puas kan kalo cuma dien tot seronde”, kataku sambil mendekatkan wajahku ke me meknya. Dia hanya mendesah saja. Pelan kucium me meknya. Dia menggeliat. Kemudian kujilat dengan lembut sekitar bibir me meknya. Dia mengangkat pantatnya sambil berpegangan pada sepre sambil mendesah, “aaaaaaahhhhhh..”. Aku kemudian menciumi pahanya. Dia melonjak-lonjakan pantatnya beberapa kali. Setelah agak lama menciumi pangkal paha sampat lututnya, aku mulai mengarahkan jilatan pada me meknya. Aku menjilati bibir me meknya. Dia menggelinjang dan mendesah, “auuhhhhhhhhh…….”. Kubuka sedikit bibir me meknya yang sudah basah kuyup, dan segera menjilat it ilnya, “AAAGGGHHHHHHHH……..!!!!!!”, lenguhnya keras dan mengangkat pantatnya tinggi-tinggi. Kumasukkan lidahku ke dalam me mek nya kemudian kuputar-putar dengan tekanan yang kuat ke sekeliling me meknya. Dia semakin bernapsu. Dijambaknya rambutku sambil menekan kepalaku semakin keras ke arah me meknya. Sesekali aku menggigit it ilnya diselingi dengan sedotan. Napasnya makin tidak beraturan. Dia mendesah-desah dan kadang-kadang menjerit kecil, terutama pada saat it ilnya kugigit-gigit. Akhirnya, kedua kakinya menjepit kepalaku dengan kuat sekali. Kedua tangannya juga menekan kepalaku sekuat tenaga sehingga hidungku pun tenggelam dalam bukit me meknya. Dia mengerang dan menggelinjang. Aku menyedot me meknya sambil menggigit it ilnya terus. Dia terhempas ke kasur dengan mengeluarkan suara dengusan yang kuat. Aku terbebas dari jepitan kakinya. Aku terengah-engah sedang dia tergeletak lemas. Kucium sekali lagi me meknya. dia hanya tersenyum, “mas, luar biasa deh lidahnya, pake lidah saja Fang-fang sudah nyampe, apalagi pake kon tol besar mas ya”.
aku cuma tersenyum dan turun dari tempat tidur mencari handuk untuk melap mulut dan muka yang berlepotan cairan me meknya. Setelah melap muka , aku kembali ke tempat tidur. Belum sempat naik ke ranjang, dia sudah menyambutku dengan pelukan dan ciuman. Sekarang gilirannya menciumi leher, dada dan pentilku. Lidahnya berputar-putar disekitar pentilku. Kemudian dia mulai menyedot-nyedot dan menggigit-gigit kecil pentilku. Aku jadi keenakan. Dia meluncur kebagian bawah. Dielusnya kon tolku mulai dari pangkal sampai kekepalanya. Kemudian sambil berjongkok, dijilatinya kepala kon tolku. Diputari dengan lidah. Digigit kecil dan dijilati.
Lama-lama aku tak tahan berdiri kuperlakukan begitu. Akupun duduk di tepi tempat tidur. Dia kembali menjilati kon tolku, dari kepala, batang sampai ke bijinya. Aku jadi merem melek dan mendesah keenakan. Kemudian kepalanya diemutnya. Lidahnya menjilati kepalanya yang sudah masuk mulutnya. Aku sampai bergetar menahan rasa geli-geli nikmat itu. Dan kemudian dengan keras dia menyedot kon tolku. Aku menjepit kepalanya dengan kedua kaki.
Aku nggak mau kalau sampai ngecret ketika kuemut. Aku berdiri dan menariknya berdiri juga. Aku memeluknya dan mencium bibirnya dengan mesra. “Luar biasa kamu, Fang”, bisikku. Dia cuma tersenyum manja. Akupun membaringkannya di ranjang. Pantatnya kuganjal bantal. “Buat apa mas, kan kon tol mas panjang, masuknya pasti dalem”, tanyanya. Aku diam saja.

Karena diganjal. me meknya jadi merekah. Aku menjilati me meknya sekali lagi. Dia menggeliat waktu lidahku masuk ke me meknya dan menyentuh it ilnya. Kemudian aku menaiki tubuhnya dan kon tol kutempelkannya di bibir me meknya. Kudorong kepala kon tolku dengan jari supaya masuk ke me meknya. Dia mendesah waktu kepala kon tolku memasuki me meknya. Kemudian aku menggerakkan sedikit maju mundur sehingga dengan pelan tapi pasti seluruh kon tolku terbenam di me meknya. Dia mendesah dan berpegangan erat pada sprei. Setelah kon tolku masuk semua, aku menciumi bibirnya, kemudian agak membungkukkan badanku untuk mengemut pentilnya. “Siap, Fang?”, tanyaku. “Hmmmm..”, dia mengangguk kecil dan tersenyum. Aku meletakkan kedua tanganku di samping bahunya seperti orang push up. Kemudian pelan-pelan mulai mengangkat pantatku. Setengah kon tolku keluar, kemudian kudorong lagi. Semakin lama gerakan naik turun semakin cepat. toketnya terguncang-guncang waktu aku melakukan gerakan memompa ini. Dengan gemas aku mencium, menyedot dan menggigit pentilnya juga. Dia mengimbangi gerakanku dengan memutar pantatnya seirama dengan gerakan pantatku naik turun. Terasa sekali kon tolku seperti mengaduk-aduk me meknya. me meknya sesekali dikejang2kan memijat kon tolku yang sedang keluar masuk dengan cepat.
Kemudian akupun menegakkan tubuh dengan posisi berdiri di atas lutut. Untuk keseimbangan, aku membuka kakinya lebar-lebar. Sambil berpegangan pada pahanya, akupun memberikan pijatan-pijatan berputar di pangkal paha sampai daerah sekitar me meknya. Dia menjadi mendengus keenakan. Gerakan putaran pantatnya jadi semakin liar. Dengan posisi ini aku bisa memandangi dengan leluasa keluar masuknya kon tolku di me meknya. Kadang-kadang aku merendahkan pantatku sehingga sodokan di bagian atas dinding me meknya lebih terasa. Dia mulai menceracau, gerakan pantatnya sudah mulai melonjak-lonjak tak karuan, aku sengaja menghentikan gerakan maju mundurku. Setelah pantatnya gerakannya pelahan lagi, aku tarik pelan-pelan kon tolku dan kemudian memberikan sodokan yang cepat ke me meknya. Pantatnya langsung melonjak dan berputar lagi dengan keras. Setiap aku menarik kon tolku, terasa bibir me meknya ikut tertarik keluar. Tapi begitu aku menyodokkan kon tolku, bibir me meknya terasa melipat ke dalam dan seperti menelan kon tolku.
Setengah jam kemudian, badanku sudah basah oleh keringat. Kadang-kadang dia mengangkat badannya, menciumku dan kemudian menjatuhkan badannya lagi. Yang jelas sprei tempat tidur sudah tidak beraturan lagi. Dia masih mengelinjang-gelinjang menikmati sodokan-sodokan kon tolku. Akhirnya, dia merenggut leherku dan mendekapnya dengan kuat. Kakinya juga menjepit pinggangkua kuat sekali, sambil mendesah “aaagggghhhhhhh”. Akupun tidak menunggu lebih lama lagi. Segera kujatuhkannya badannya ke kasur dan kupeluk dengan erat sambil mempercepat pompaannya. Pantatku hampir-hampir tidak bisa bergerak karena jepitan kakinya. Aku mempercepat gerakan kon tolku, dan sekali, dua kali, tiga kali, sampai empat kali aku mengejan, menyemprotkan pejunya didalam me meknya. Badanku menjadi tegang sambil masih berpelukan kuat dengannya. Beberapa saat tubuh kami masih tegang berpelukan sambil menahan nafas berusaha menikmatinya. Akhirnya tubuh kami menjadi lemas dan pelukannyapun mengendor. Kakinya sudah tidak menjepit pinggangku lagi. Tapi aku masih tetap tergeletak di atas tubuhnya. Aku mencium kening, mata, hidung dan bibirnya. Akhirnya kami saling melepaskan pelukan. Dengan pelahan kucabut kon tolku dari me meknya. Dia sedikit menggelinjang waktu aku mencabutnya. “mas, nikmat banget deh dien tot sama mas. Lagian mas mesra banget deh memperlakukan Fang-fang, seperti Fang-fang ini pacar mas saja. Istirahat dulu ya mas, abis itu Fang-fang masih kepingin ngerasain kon tol mas ngaduk2 me mek Fang-fang lagi”, kataku. “Iya sayang, apa sih yang gak boleh untuk kamu”, jawabku sambil tersenyum. Setelah itu kami berpelukan dan tertidur karena kelelahan.
Paginya dia terbangun karena aku mengusap2 me meknya. “Fang, si kakek pagi gini perlu kamu gak?” tanyaku. “Masa bodo ah, Fang-fang pengen nikmat ma mas lagi”. kon tolku sudah mulai ngaceng lagi. Aku mulai mengusap-usap it il dan me meknya. Rasanya seperti melayang setiap kali aku menyentuh it ilnya. Apalagi ketika aku mulai menjilati pentilnya, dia makin lemah tak berdaya. Lututnya terasa lemas yang membuat akuxmudah me jelajahi me meknya karena menjadi terbuka. Sambil memeluk pinggangnya dengan tangan kiri, aku mulai memainkan jari kanan di me meknya. Dengan ibu jari dan jari tengah, aku membuka me meknya. Jari telunjuk mulai meraba-raba it ilnya. Dia terlonjak setiap aku mengusap it ilnya dibarengi erangannya. Dia meremas-remas sendiri toketnya, sambil menahan kenikmatan di pagi hari. Puas memainkan it ilnya, lidahku mulai berperan. Setiap jilatan membuat dia menjerit. Dia berusaha menjepit kepalaku dengan pahanya, sehingga aku semakin ganas memainkan lidah. Sesekali aku mengisap it ilnya dengan keras. Dia menjadi semakin berisik mengeluarkan erangan. Aku gak perduli karena kamarku lumayan kedap suara.
Kini gilirannya membelai, mencium, menjilat, dan meremas kon tolku yang sudah ngaceng. Digenggamnya kon tolku yang besar dan keras. Satu kocokan, kini giliran aku yang terpaksa memejamkan mata merasakan nikmatnya genggaman tangannya. Tanpa berlama-lama lagi, dia melumat kon tolku di dalam mulutnya. Sedikit gigitan, dijilatinya seluruh permukaan kon tolku. Dia hampir tersedak karena ujung kon tolku yang panjang menyentuh pangkal rongga mulutnya, sementara di luar masih tersisa. Dia semakin bernafsu mengulum kon tolku. Pelan tapi pasti dia keluar masukkan kon tolku di mulutnya. Lidahnya disentuhkan ke ujung kon tolku. Pahaku makin terbuka membuat kon tolku makin mengacung kencang. Dia mulai menjilati dan mengulum kantung pelerku. Posisinya yang merangkak setengah menunduk membuat bongkahan pantatnya menjulang keatas. Aku mengusap pantatnya dan kemudian menarik lengannya. Dia kuciumnya sambil kurebahkan keranjang. Aku merebahkan badan disisinya. Berbaring miring, aku mengisap toketnya. Aku mulai bermain lagi di me meknya. Kali ini usapanku sedikit keras dan cepat menggosok it ilnya. Dia menggelinjang karenanya. Tiba-tiba tubuhnya mengejang, dia kembali nyampe. “mas, sarapannya enak banget deh, mas pinter banget ngilik Fang-fang, sebentar aja Fang-fang dah nyampe”, desahnya.
Aku tidak menjawab, malah menindih tubuhnya. Dia bisa merasakan bobot tubuhku terutama di bagian bawah pinggangnya. Tanganku sudah tegak di sisi toketnya menopang badanku sendiri. Dia bisa merasakan bagian tubuh bawahku bergerak-gerak berusaha mengarahkan acungan kon tolku. Dia pun langsung meraih kon tolku dan membimbingnya ke me meknya. Aku mendorong kuat pantatku dan dia merasakan rangsekan kon tolku di dinding me meknya. Perlahan cairan me meknya melumasi permukaan kon tolku. Mulai aku menarik kembali kon tolku sedikit dan membenamkannya lagi sampai akhir seluruh kon tolku dilumat me meknya. Sodokan pertama kon tolku masuk seluruhnya. Diapun merasakan sekali lagi kenikmatan luar biasa itu. Apalagi, aku tidak langsung memompa cepat-cepat dan keras. Pertama masuk penuh, aku menahannya dan memandangi wajahnya sambil mengecup bibirnya. Nikmat banget rasanya. Setelah itu, mulailah aku menggerakkan pantatku mengangkat dan menekan yang membuat kon tolku keluar masuk bergesekan dengan me meknya. Dia menyambut setiap gerakan dengan jepitan dan gerakan kecil pantatnya. Dia mengerang makin lama makin keras. Karena erangannya sambil mendongakkan kepala membuatku tambah bernapsu. Semakin kuat dan cepat sodokanku membuatnya merasakan akan nyampe lagi. Dia hanya bisa mencengkram punggungku keras-keras ketika dia mencapai puncak. Kepalanya mendongak keatas hingga kedua bola matanya hanya terlihat tinggal putihnya. Setelah dia nyampe, aku langsung menghentikan gerakan membiarkan kon tolku merasakan cengkraman kuat me meknya. Tindakan ini membuat aku merasakan kenikmatan luar biasa. Kali ini terasa lebih nikmat karena denyutan me meknya tertahan kon tolku, “mas, nikmat sekali…,” katanya sambil memelukku kuat-kuat dan menciumi pipi dan pundakku. Sekali lagi aku tersenyum, “Enak?”. “Banget, lebih nikmat dari semalem. mas hebat banget deh mainnya”, jawabnya. “Gaya lain…?” tanyaku. Dia langsung mengangguk.
Aku membalik badannya dan mengangkat badannya bagian bawah dengan memeluk pinggang dari belakang. Tak menunggu lama aku langsung memasukkan kon tolku. Dia menunduk sambil menggigit bibir merasakan seluruh kon tolku terbenam makin dalam di me meknya. Pantatnya terangkat tinggi yang membuat aku langsung mendorong dengan cepat. Dia mengikuti irama dengan mendorong pantatnya ke belakang. Masuk hitungan belasan menit menyodok me meknya, belum ada tanda-tanda doronganku melemah. Sebaliknya justru makin kuat, membuat dia juga makin bernafsu. Tetesan peluh mulai membasahi badan, namun baik aku maupun dia justru makin bersemangat. Pantat dan pinggangnya makin bergerak liar membuat aku gak bisa menahan lenguhanku.
Kemudian ganti dia yang berinisiatif. Dilepaskannya kon tolku dari me meknya dan mendorong aku sampai telentang. Dia langsung menaiki tubuhku dan duduk di atas kon tolku yang masih ngaceng. Ketika dia bergerak naik turun, aku meremas toketnya yang terguncang-guncang. Telapakku yang besar berusaha meraup seluruh permukaan toketnya. Remasannya makin kuat membuat dia makin mempercepat gerakannya. Sekali lagi dia harus mengaku kalah. Karena meski dia telah mencoba berbagai goyangan, justru dia yang kembali yang nyampe duluan. dia langsung ambruk menindihku yang sudah siap menerimanya dengan pelukan dan kecupan. “mas kuat banget sih..”, desahnya.
“Kamu di bawah lagi ya…?”, jawabku. Dia mengangguk lemah dan menggulingkan badannya ke sisi kananku. Aku memasukkan kon tol nya ke mulutnya. Puas mengulum dan menjilati kon tol yang dipenuhi lendir me meknya, dia kembali merebahkan diri. Aku langsung menaikinya dan mendorong kon tolku masuk, dimulai dengan perlahan dan terus semakin lama semakin kuat dan cepat. Kemudian sodokanku menjadi lebih keras dari sebelumnya. Sesaat kemudian aku mengerang panjang dan menyodokkan kon tolku sangat kuat beberapa kali. Diapun bisa merasakan hangatnya pejuku muncrat di dalam me meknya. Aku masih terus menyodok terputus-putus dan semakin melemah. Pejuku mengalir keluar setiap aku menyodokkan lagi kon tolku. Setelah benar-benar selesai, akupun ambruk menindihnya. Aku terdiam sesaat di atasnya. Dia mengusap lembut kepalaku, “Puas mas…?”. aku hanya mengangguk. Badanku terasa lemas. “Fang, nikmatnya benar-benar ngga ada yang nyamain…”. “mas juga hebat. Fang-fang selalu k o duluan. Terima kasih ya mas untuk kenikmatan ini. Fang-fang mau kok ngeladenin napsu mas lagi….”. Aku mengeratkan rangkulanku. Dia pun membalasnya diikuti kecupan di bibir. Setelah semuanya selesai, kami mandi bersama.
Next
This is the most recent post.
Posting Lama

0 komentar:

Posting Komentar